1.
Kartun 4 Januari 2012 (Rabu)
Kartun 4 Januari 2012 |
Diantara
persegi panjang dan tangan kanan manusia terdapat beberapa garis penghubung,
garis tersebut adalah garis yang memberi kesan laju atau gerak, sementara
terdapat garis melengkung berbentuk panah pada kedua persegi panjang tersebut
dengan teks “e KTP” pada persegi panjang yang tidak bersinggungan dengan tangan
dan “KTP merah putih” pada persegi panjang lainnya yang bersinggungan dengan
tangan kiri orang tersebut.
Pada bagian atas (Frame) terdapat teks “Alahai pe
long” sang nacan payah pake KTP kelamat nyoe lom “!” terdapat garis meliuk
antara teks tersebut dan tokoh.
Beberapa pewarnaan dan pada kartun ini memberi kesan
jauh seperti warna gradasi pada bentuk kerucut (tanpa outline). Dari atas ke
bawah ; abu-abu ke putih, dengan perbedaan warna yang tidak mencolok, beberapa
bidang persegi putih menempati tuang abu-abu pada gambar. Sementara pada sisi
bawah frame terdapat pula tokal hitam pekat denga garis-garis runcing dan
lancip serta rapat-rapat pada bagian atasnya, sama tokal yang berada diluar
tokoh terkesan berada di belakangnya.
Pemaknaan Denotasi : Pada kartun yang teradapat pada bidang
lansekap ini terdapat seseorang dengan menggunakan peci, baju kaos berkancing
dan saku pada bagian dada kiri dan menggunakan sarung bermotif garis-garis
vertikal, memilih satu diantara dua jenis KTP yang dimilikinya yaitu KTP merah
putih dan e KTP, dia lebih memilih KTP merah putih dan membuang e KTP yang
dirasa lebih hebat dan lebih baik digunakan dari pada e KTP. Ini terdapat pada
teks “alahai politik long”,,, sang nacan payah peke KTP keramat nyoelom,,! Yang
berarti dia lebih memilih merah putih yang lebih keramat.Terlebih pada KTP
merah putih dan dia berada di lapangan rumput yang luas dengan pemandangan
gedung dan perumahan-perumahan dan langit yang cerah.
Pemaknaan Konotasi : Seseorang dengan pilihannya kepada KTP
merah putih yang dianggapnya keramat dari pada e KTP adalah indikasi dan
peristiwa penembakan yang terjadi di beberapa daerah di Aceh, pada akhir tahun
2011 dan awal tahun 2012.
Gambar sosok pada kartun opini
adalah orang Aceh, sederhana dilhat dari gaya berpakaian dan penggunaan
bahasanya. Kasus penembakan itu sendiri menjadikan situasi keamanan di Aceh
mulai terganggu, tidak hanya itu hal ini dapat menyebabkan bangkitnya trauma
masa lalu Aceh yang berkaitan dengan keamanan semasa konflik.
KTP merah putih sendiri merupakan
KTP yang diberikan khusus kepada penduduk Aceh ketika berlakunnya status
darurat militer, KTP merah putih ini bertujuan untuk membedakan warga sipil dan
gerakan sparatis yang anti Indonesia.
Dari ulasan diatas dapat
dijelaskan sesungguhnya kasus penembakan itu mengingatkan luka lama Aceh semasa
konflik, terlepas apakqah kasus tersebut terkait atau
tidak, sosok pada kartun ini secara historis memilih KTP merah putih dan
menganggapnya sebagai jaminan keselamatan. Sehingga disebut sebagai KTP
keramat.
Kartun
7 Januari 2012 (Sabtu)
Kartun 7 januari 2011 |
Disisi lain manusia
pistol terdapat pula effek garis gerak yang mengikuti alur garis outline
sementara itu terdapat garis gerak yang lain yang digoreskan secara horizontal
yang memberi kesan laju. Beberapa gris lain pada memberi kesan tekstur dibawah
garis lengkung memanjang memisah dua bidang atas dan bawah, itu memberikan
kesan tanah atau lantai. Pada bagian bawah kaki manusia pistol terdapat outline
yang membentuk kepulan secara fonalitas terdapat beberapa objek yang berbentuk
dari pewarnaannya dan memberikan kesan tertentu pada bidang gambar. Disisi kiri
atas bidang gambar lebih didominasi warna hitam pada ruang yang memberi kesan
langit yang suram, sementara bergradasi menjadi semakin terang kesisi bagian
kanan bidang gambar.Pada sisi kiri bawah terdapat totaliti yang membentuk
serangan itu bisa diasumsikan sebagai darah jika melihat melihat komponen dan
komposisi gambar secara keseluruhan, pada bonal hitam pekat itu terdapat
tulisan “Aceh”.
Pemaknaan Denotasi :Pada bidang gambar kartun ini hampir
setiap komposisi digambar seimbang, namun terdapat dua kronologi berbeda dan
tidak saling temu sehingga terdapat dua fokus utama pada satu bidang gambar,
disisi lain terjadi pertengkaran yang dilakukan oleh fokus dua pasang orang
pada dua buah baliho yang bertuliskan ini kami. Disisi lain terdapat gambar
seseorang ytang berkepala pistol dengan asap di ujung senapan yang ujungnya
menuju seseorang yang telah berbaring bersimbah darah bertulisan Aceh,
sementara manusia pistol yang memakai baju bergambar tengkorak menunjuk
korbannya sambil terus berlari menjauhinya dengan senang dan tertawa “he he he”
Pemaknaan Konotasi :Melihat dari melihat dari dominasi
bentuk objek maupun ilusi dimensional maka gambar manusia pistol dan korbannya
menjadi focus utama pada gambar kartun ini, sementara percentokan kedua baliho
dilihat lebih sebagai situasi saja.
Gambar manusia pistol
disini adalah metafora, hal ini terkait pada kasus penambakan yang terjadi di
Aceh saat itu, dengan pakaian berlambang tengkorak mengindikasikan bahwa sang
penembak merupakan orang berbahaya, lambing tengkorak kerap kali kita dapatkan
pada kemasan racun, tabung gas metana dan box penyimpanan arus listrik, dengan posisi
sedang berlari menuju korbannya dan tertawa, mengindikasikan bahwa sipenembak
justru melakukan tindakannnya dengan unsur kesengajaan.
Kepala yang digantikan
gambarnya dengan pistol berukuran besar merupakan metafora terhadap siapa
penembak tersebut, karena terjadi spekulasi siapa dan apa motif penembakan
belum diketahui, gambar manusia pistol disini selain dapat dilambangkan sebagai
penembak namun dapat pula diartikan orang yang tidak diketahui identitasnya
“tanpa wajah” dan berbahaya yang menggunakan pistol untuk membunuh korbannya.
Asap yang berasal dari pistol berarti tembakan sudah dilepaskan
dan mengarah pada korbannya yang telah bersimbah darah, berlaku Aceh, melihat
peristiwa-peristiwa penembakan di Aceh dan para korban justrubukan orang Aceh.
Maka darah yang berlebel Aceh tidak dapat diaertikan sebagai darah Aceh namun
tempat atau lokasi penembakan berada di Aceh, darah berlabel Aceh merupakan
analogi terhadap tanah Aceh, walaupun korban penembakan berdarah (suku) jawa,
justru warga Aceh menyimpan luka lama terjadi kekacauan label Aceh pada kartun
ini menjadi acuan historis dalam fikiran saya yang terjadi di Aceh.
Disis lain terdapat pasang baliho, dari label “pilih
saya” dapat dipastikan bahwa baliho tersebut merupakan gambar calon legeslatif,
dari ekspresi yang digambarkan yang bengis dan bertentangan dapat diartikan sebagai persaingan dalam
kampanye, baliho bagi calon merupakan slah satu media kampanye.
Kasus penembakan yang terjadi di Aceh bertepatan pada
saat situasi Aceh sedang berada pada momen Pemilukada (pemilihan umum kapala
daerah).
Dengan menepatakan kedua situasi ini kedalam sebuah
kartun opini, dadap diamati bahwa bisa saja kasus penembakan yang belum
diketahui motif dan pelakunya justru terkait dengan pemilukada dengan tujuan
untuk mengacaukan stabilitas keamanan dengan memanfaatkan momen pemilukada.
Kartun 11 Januari 2012 (Rabu)
Kartun 11 januari 2012 |
Garis
outline pada dua garis-garis pendek diluar garis outline yang member efek
gerak, sementara garis-garis berbentuk elips yang terletak pada wajah bahkan
diluarjnya membentuk kesan keringat.
Sementara itu sebuah garis pada sisi kanan bidang gambar membentuk pohon besar,
pada pohon tersebut terdapat teks “pengacau” diantara gambar orang tersebut dan
pohon besar terdapat garis-garis yang mengarah pada pohon dan kapak, pada
bagian garis tersebut yang mengarah pada pohon membentuk garis pemisah dan
bebebrapa garis melengkung hampir seperti lingkaran yang memberi kesan bahwa
bagian itu adalah bagian yang terpotong.
Garis
diantara pohon dan kapak adalah garis gerakan atau laju, pada bagian bidang
gambar terdapat tonal dengan warna hitam bergerigi dan putih dibawahnya lagi.
Tonal bentuk ini memberikan bentuk rumput, pada ruang terbuka diatas ke bawah
terdapat tonal warna hitam ke putih, bagian atas biadang gambar terdapat tonal
warna hitam dengan gerigi-gerigi diatasnya member kesan misterius dan seram,
sementara diantara ruang itu terdapat tulian umbang satu “tumbuh seribu”!!
tanda seru di kepala menunjukkan keterkejutan.
Pemaknaan
Denotasi : pada gambar kartun ini terlihat seseorang yang
memiliki dua wajah saling membelakangi dengan ekspresi yang berbeda. Wajah yang
menghadapa kebelakang atau menoleh mengguratkan ekspresi takut atau
keterkejutan dengan mengeluarkan keringat dingin, ini dikarenakan dia melihat
dahan-dahan baru yang muncul lagi pada pohon-pohon yang baru saja dia tebang
sementara dengan gigih dia masih menebang pohon berikutnya, ini terlihat dari
ekspresi wajahnya sambil berdiri. Pada
pohon yang masih berdiri termuat label “pengacau” dengan posisi diagonal,
sementara disisi lain terdapat teks
“tumbang satu tumbuh seribu”!!!..yang cukup relevan dengan gambar yang ada,
yaitu pohon-pohon yang telah ditebang kembali bertunas.
Pemaknaan
Konotasi :
Kartun 14 Januari 2012
Kartun 14 Januari 2012 |
Sementara disisi lain, dari jalinan
garis membentuk tokoh yang memiliki dua kepala dengan menggunakan topi pet dan
baju kemeja dua saku, pada sku kanan terdapat kesatuan garis yan gmembentuk
amplop. Terdapat garis melengkung pada hadapan wajah objek tersebut ini
memberikan kesan bahwa dia menoleh, ini adalah efek gerak. Sementara ada tiga
garis pendek memberikan kesan tekanan atau perhatian (memperhatikan),
sementaraq garis-garis lain yan berada di dalam garis outline member kesan
tekstur.
Juga terdapat balon teks yang
mengarah dari satu sisi wajah dengan penunjuk bulatan-bulatan kecil yang
berkesan bahwa teks tersebut merupakan ungkapan hatinya dengan kalimat “kalo ku
pileh kah hai gam”!! sungguh terlalu…!!
Tonal pada kartun ini di dominasi
dengan backround polos berwarna hitam, ini berkesan rahasia, suram atau jahat.
Pemaknaan
Denotasi :terdapat dua tokoh atau dua orang pada kartun
ini yang menyusun bidang dengan seimbang, kiri dan kanan. Satu orang dengan jas
dan peci dengan label cagub dapat secara langsung dipahami bahwa orang tersebut
adalah CAGUB (Calon Gubernur) sementara seseorang lagi adalah tokoh mascot
Harian Aceh sendiri yaitu DOKAHA , yang pada gambar kartun ini digambarkan
dengan wajah dua dengan ekspresi yang sangat berbeda, perbedaan dua ekspresi
ini adalah dimensional ruang bukan waktu.
Pada gambara secara langsung dapat
dilihat Calon Gubernur sedang bersamaan dengan Dokaha namun dengan senyum manis
Cagup menyelipkan amplop pada saku kanan kemeja Dokaha dengan berkata “jangan
lupa pilih saya ya, kalau tolak sungguh terlalau!!” satu sisi Dokaha menerima
amplop tersebut tanpa penolakan dengann tatap mata dan ekspresi wajah polos
tanpa rasa bersalah, sementara disisi lain justru Dokaha menamppilkan ekspresi
senyum dan tatapan mata licik bahkan ia berkata dalam hati “ kalo ku pileh kah
hai gam,! Sungguh terlalau!”
Pemaknaan
Konotasi :sepintas pandang kartun ini telah dapat
dimengerti maksudnya, seorang Calon Gubernur memberikan amplop dan bersalaman
sebagai kesepakatan transaksi, sementara Dokaha ternyata berniat lain. Terdapat
beberapa statemen yang sudah lumrah kita dengar, yaitu “salam temple” atau
“menerima amplop” yang artinya adalah uang suap atau uang pelican.Amplop adalah
metafora dari uang suap.
Gambar kartun ini mengindikasikan
bahwa Calon Gubernur atau calon legeslatif lainnya berusaha dengan cara apapun
termasuk memberikan uang suap kepada masyarakat agar memilih dirinya, sementara
rakyat tidak serta merta menolak penerimaan itu namun nurani tentu saja yang
menentukan pilihan, kartun ini merupakan gambaran yang seharusnya dilakukan
oleh masyarakat dalam menghadapi pengulatan politik dengan cara money politik
walau masyarakat sudah diberikan uang atau benda bahkan jasa sekalipun
harusnya tidak terjerumus dan terjebak ,
tetap hati nurani sebagai pedoman.
Kartun 21 Januari 2012 (Sabtu)
Kartun 21 January 2012 |
Tonal
yang terdapat dalam Kartun ini didominasikan dengan warna putih, semetara juga
terdapat warna hitam, tonal yang berwarna hitam terdapat pada bagian atas
bidang gambar tidak datar namun berbetuk kembang mulai dari sisi ¾ bagian
bidang gambar sebelah kiri dan ½ bagian/bidang sebelah kanan. Tonal hitam ini
hendak dibuat polos melainkan betengkur, yang berkesan ketakutan, atau kecurangan.
Pemakayaan
Denotasi: pada kartun ini terdapat seseorang yang memakul cangkul dan
sedang berjalan santai, orang tersebut mengenakan berabut keriting menggunakan
baju kaos legan pendek, peci, celana panjang yang disilah keatas dan sandal jepit, Ekspresi wajah
orang tersebut mencerminkan perasaan
yang tidak heran (cuek), setelah memiliki namun dia tetap melangkah saja; dia
melirik sebuah toa besar yang di pegang oleh tansssgan yang besar pula pada toa
tersebut terdapat mulut yang menjaga lengkap dengan lidah yang terangkat, gigi
dan cipratan-cipratan liur (ludah) yang berlabel janji-janji, tangan kiri yang
memegang toa bermulut tersebut megenakan pakaian yang merupakan bagian dari
baju jas, dan toa tersebut berlabel kampaye, inilah yang sedang dilirik orang
desa tersebut namun dia menapakkan ekspresi tidak terlalu mempedulikan sambil
terus berjalan dan berkata “janji yang dulu belum dibayar sudah janji lagi?!”.
PemaknaanKonotasi : secara umum hampir semua gambar pada kartun ini memiliki
pemaknaan konotasi maupun metafora.Tagan besar yang memegang toa bermulut yang berteriak
adalah metafora.Tangan besar mengindikasikan bahwa dia adalah orang kaya ini
terlihat dengan pakaian yang dia kenakan, sementara jika kita melihat lebih
kolektif tangan tersebut lebih dari sekedar orang kaya namun juga orang yang
mencalonkan diri sebagai anggota legeslaif, ini terlihat dari label toa dengan
label (kampanye). Toa adalah alat bantu untuk pengeras suara sehingtga mampu
didengar oleh banyak orang, terlebih jika digunakan untuk keramaian. Pada
kartun ini toa justru digambar dengan mulut yang sedang berteriak kencang yang
mengumbar janji-janji, secara keseluruhan pada gambar bidang kiri adalah upaya
kampanye yang dilakukan oleh calon legeslatif dengan upaya yang semaksimal
mungkin.
Tak peduli dengan
cara-cara mengubar janji-janji yang dapat menggerakkan hati simpatisannya, pada
kartun ini simpatisan digambarkan dengan lelaki sederhana yang sedang membawa
cangkul, ini dapat diterjemahkan bahwa sasaran kampanyenya adalah orang desa
atau petani dengan bahasa tubuh yang melangkah dan menjauh dari sumber kampanye
mengindikasikan bahwa orang desa ini tidak tertarik dengan apa yang diumbarkan
caleg tersebut, ini diperkuat dengan ekspresi wajah yang tampak tak hirau
ditambah lagi dengan perkataan “janji yang dulu belum dibayar sydah janji
lagi”. Ini menjelaskan bahwa kampanye-kampanye pada musim lalu juga menggunakan
trik janji-janji sementara tanpa pembuktian atau implementasi (komitmen) yang
dijadikan sebelumnya, sehingga orang desa sekarang merasa tertipu dan tidak
peduli dengan janji-janji yang merupakan tipuan belaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar