Aspek perupaan
pada gambar kartuni ini
garis-garis outline membentuk sekelompok orang dengan pakaian yang sama,
menageakan jasm dasi dan peci. Pada susut kaan bidan gambar. Sementara disisi
sebelah kiri bidang gambar garis outline membentuk seseorang berkumis yang
mengenakan kaos peci dan sarug sedang memegan kopiah meukithop. Terdapat tand
atanya menyusul tanda seru di atas kealanya.
Garis-garis di luar outline merupakan garise ekspresif yang memberikan
kesan gerak, sememtara di sisi atas bidan ggambar terdapat tulisan verbal “
Teungku, itu kopiah untuk saya ya, saya janji aceh akan bla-bla – bla, yaya.
Tengku ya ya.. hehehehe”
Tonal pada background berwarna
putih yang memberi kesn terang atau aman sementara tonal yang trdapar di dalam
outline membberi kesan warna pada paakian semata.
Pemaknaan denotataif
Sekelompok orang dengan pakaian
jasa lengkap dengan label calon, pad abaju jas tersebut berusaha membujuk
seseorang yynag sedan memegang baju meuketop, apapun mereka janjikan agar topi
meuketop itu dapat diperolehnya, seperti janji-janji untuk aceh. Sementara pak
tua brkumis tersebut hanya geleng-geleng
kepala dan menjulurkan lidahnya kepada mereka.
Pemaknaan konotatif
Pak kumis yag memegang topi
kopiah adalah ikon dari rakyat, sementara
kopiah meukethop yang dpegangnya adalah simbol dar ikekuasaan atau
simbol raja (pemimpn) sedangkan kawanan orang-orang yang sedang meminta kopiah
merupakan calon kandidat yang berusaha menarik simpati rakyat. Agar mau memilih
mereka menjadi pemimpin. Pada dasarmya, terpilih atau tidaknya mereka menjadi
pemimpin semuanya kembali kepada akyat , rakyatlah yang berwenang penuh untuk
memilih pemimpinnnya, sehungga banyak para caln pemimpin berusaha mengumbar
janji untuk menarik simpati rakyat agar memilihnya.
Aspek perupaan
Secara visual garis outlin
membentuk gambar tangan dengan ukuran besar. tonal lengannya berwara hitam
dengan tulisan ‘kandidat’. Dari arah tonal tersebut terdapat balon teks denna
tulisan “tanggal 9 april nyoe-menyoe hana kaplieh lon, kapreh.”!!”
Kompisisi pada sisi bidang
gambar, ini didominasi dengan tonal yang memberi kesan jahat, misterius dan
gelap. Sementara dissi lain garis-garis outline membentuk dua orang. Seora
laki-lak dan seorang perempuan dengan posisi meringkuk, terdapat balon teks”
hmm... pakon lage nyoe teuma?”
Beberapa garis yang terdapat didalam garis outline orang tersebut
memberi tekstur pakaian dan corak, sememtara garis yang berada di luar outline
memberikan kesan gerak atau getar. Pada sisi ini tonal warna didominasi warna
putih yag memberi kesan suci, bersih, terang.
Pemaknaan denotasi:
Tangan yang besar degnan lebel
kandidat sedang menunjuk ke arah laki-laki dan perempuan tersebut dengan
kaimat “tanggal 9 april nyoe-menyoe hana
kaplieh lon, kapreh..!” menimbulkan ekspresi ketakutan dan posisis meringkuk,
mereka bergumam ” hmm... pakon lage nyoe teuma?”.
Pemaknaan konotasi:
Dalam kartun ini, dapat
diinterpretasikan bahwa adanya paksaanatau intimidasi yang akan dilakukan oleh
“kandidat”. Paksaan ini berupa ancaman-ancaman untuk memilih dirinya pada saat
pemilukada Aceh pada 9 april 2012 nantinya.
Paksaan dan ancaman ini ditujukan
kepada rakyat atau calon simpatisan untuk memilihnya sebagai pemimpin,
tindakan-tindakan sepertu inilah yan gharusnya tidak dilakukn oleh calon
kandidat di Aceh. Terlebih pemilihan kepala daerah di usung dengan tema pemilu
damai (Pemilu dame)
Sangat jels terlihat bahwa pesan
verbal sangat mendukung metafora yang ditampilkan dari wujud tangan yang besar,
ini menandakan atau keuasaan atas yang lebih kecil.
Aspek perupaan
Garis outline pd gamba kartun
edisi ini membentuk dua karakter manusia, terlihat ketidakseimbangan
demensional keduanya. Pada sisi kiri badan gambar terdapat gambar yang
berbentuk orang sedng menutup hidungnya.
Garis-garis di dalam garis outline membentuk kesan tekstue dan dimensi.
Terdapat balon teks dari orang tersebut, ekor balon teks berbentuk bulatan,
bulatan-bulatan kecil beratri kalimat yang terdapat pad abalon teks berarti
merupakan ungkapan hati. “ bhe Abah hana asen lee, leupah that meubee..!!”
Sementara sisi kanan gambar dari
goresan garis outlne terdapat gambar orang yang dengan mulut terbuka lebar
menandakan dia sedak beteriak atau berorsi, hal ini dapat dipastikan keberadaaannya
pada propertu pelengkap seperti podium dan microphone. Pada podim tertulis teks
“calon” garis-garis di dalam outline serta tonal memberi kesan teksture atau
warna. Dan dmensi .
Dari mulutnya menyemburkan liur
dan lidh terlipat-lipat yang memberi kesan keras, dan beberapa gars ouutline
memberikan kesan gerak. Teriakannnya
terdapat pada tuisan. “Bukan janji tapi bukti!! Bukan kata tapi fakta!!”
Secara umum tonalitas adanya
gradsi warna yang kontrs pada bacgound gambar, dari hitam ke putih. Kiri ke kanan htam menyelunungi orang kecil dan putih
menyelubungi oratir tersebut.
Pemaknaan konotasi
Dri gambar ini dapat kita
perhatikan bahwa seseorag calon kandidat kepala daerah dengan sangant semanga
menkampanyekan dirinya kepaeda rakyat dengan
retorika – retorika penarik simpati hingga air liurnya bercipratan.
Namun rakyat yang menyeksikan kampanye tersenut justru menutup hidungnya karena
bu mulut sang salon kandidat tersebut.
Pemaknaan konotasi.
Terdapat pemaknaan verbal dan non
vernal pada kartun ini, selain di ungkapkan secara visual namun juga didukung
sengan pernyataan tertulis dari kedua tokoh. Kalimat yang sering diusung dalam
setipa kampanye seperti “ “Bukan janji
tapi bukti!! Bukan kata tapi fakta!!”
Menjadi pilhan dalam pengungkapan
tafsiran setelah dilihat secara utuh, adanya kesesuaian antara kalimat verbal tersebut
dengan gambaran visual calon kandidat yan bersemangat mengutarakan kalimat
terserbut, ini bermakna bahwa secara umum kandidat selalu aja memaparkan
retorika-retorika yang menggugah namun ini menjadi pengalaman yan selalu di
ulang-ulang setiap priode pemilu. Hal ini digambarakan dengan gambaran visual
seseorang yang sedang menutup hidungnya denganr rapat untuk menghindari bau
nafas sang kandidat dengan kalimat verbal dalam balon teks ““ bhe Abah hana
asen lee, leupah that meubee..!!” yang berarti “bau mulut tidak asing lagi,
sungguh sangat busuk” ini merupakan indiksi bahwa ungkapa-ungkapan retorika
demiian justru tidak disukai bahkan tidak diterima mengungan pengalaman yang
sudah-sudah. Bahwa kandisat yan gterpilih bahkan tidak fakta atau bukti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar