Laman

Senin, 30 Januari 2012

untukmu ibuku

Banda Aceh 20 desember 2008

kepada ineku tercinta

Assalamualaikum wr wb

Ine

Ananda terbangun dari tidur yang lelap, kemudian memastikan keadaan alam, waktu ananda memperhatikan jam weker, jarum jam telah menunjukkan pukul 05.12 pagi. Lalu ananda melirik ke arah jendela, apakah masih gelap atau fajar hari pagi telah menyingsing dan harus mempersiapkan diri menjalani aktifitas di hari yang baru?

Ternyata memang ananda harus mempersiapkan diri untuk menjalani hari yang baru ini ineku.

Ineku

Ketika ananda menggoreskan pena ini tuk menuliskan kata-kata di selembar kertas ini alhamdulillah ananda dalam keadaan sehat wala'fiat. Ananda harapkan ineku juga dalam keadaan yang sama saat menerima dan membaca surat ini. Semoga Allah SWT selalu menganugrahkan keselamatan, kesehatan serta kemudahan-Nya padamu ineku, Walaupun matahari yang tekadang begitu angkuh selalu menyengat kulit lembutmu dikala engkau memetik butir-butir buah kopi di kebun kecil milik kita yang masih bersedia berbuah dan tidak sungkan tuk memberikan secuil rejeki dari-Nya.

Ineku

Di pagi yang cerah Ananda terus bangkit dari peraduan dan bergegas untuk berjuang di perantauan ini. Ananda melangkahkan kaki tuk membersihkan diri, mandi serta gosok gigi seperti yang selalu engkau ajarkan. Seperti biasa ananda membusai dagu juga bagian antara mulut dan hidung dan spontan ananda mengangkat seonggok pisau cukur dari tempatnya sementara ananda tetap memandangi cermin yang selalu jujur mengambarkan wajah ananda. Ananda gerakkan pisau cukur tersebut pada dagu yang berbusa lalu terbesit di hati ananda kalau ternyata umur ananda sudah tidak seperti kecambah lagi. Ananda sadar ananda tidak kecil lagi, namun sudah besar, kalau ananda ternyata sudah dewasa.

Ineku

Masihkah engkau mengenang semua peristiwa yang kau lakukan di masa kecilku dulu?

Ananda masih ingat ketika engkau mendaftarkanku pada sebuah taman kanak-kanak. Engkau selalu menemaniku dan selalu saja ananda merengek ketika engkau harus meninggalkanku tuk mengikuti pelajaran dan menggambar berlangsung di ruang kecil taman kanak-kanak itu. Mereka bilang ananda cengeng dan manja, ketika harus disuapi untuk makan bekal buatanmu ineku, namun kau tetap saja menyemangatiku dan menegarkan hatiku tuk mengahadapi ulah nakal mereka.

Ineku

Setahun kulewati dan tak terlalu menghiraukan apa yang telah ku terima dari taman kanak-kanak itu kau membawaku pada suatu tempat yang sedikit luas dan ramai. Kau bilang itu sekolah, Madrasah Ibtidaiyah tepatnya. Kau telah siapkan seragam serba putih, tas yang bergambarkan power ranger yang selalu ku pinta dan segala perlengkapanya untukku. Untuk sekolahku dan untuk perjuanganku, katamu.

Ineku.

Ananda masih ingat kau selalu berkata padaku tuk jangan menjadi orang yang penakut dan jangan nakal.

Tapi Masihkah kau ingat padaku?

Ketika engkau menatapku dengan tatapan mata yang tajam, engkau mengahampiriku dan menjepitkan jari tangan kananmu serta memutarkannya tepat di bagian kulit perutku sebelah kiri. Kau tempatkan rasa sakit dan nyeri diperutku dan bagaikan pawang hujan yang hebat kau berhasil memanggil linangan air yang menetes dan mengalir dari mataku.

Ineku

Ananda tak akan pernah lupa ketika engkau memangilku paksa dan memegang tangan kiriku, menarikku cepat walau aku tak bisa mengatur langkah dan nyaris terjatuh tuk mengikuti langkah cepatmu lalu kau dudukkan aku di kursi depan rumah kau memintaku untuk merentangkan kedua tanganku ke hadapanmu hingga kau mengayunkan keras tangan kananmu ke kedua tanganku. Kau memukulku.

Kali ini sakit dan nyeri kau hadirkan pada kedua tanganku, air mata mengalir dan raung teriakan terlepas dari mulut mungilku..

Dengan sedikit membawel, Lalu kau mulai mengucapkan kata-kata kecil itu,

"jangan jadi penakut tapi jangan juga jadi pemberani tuk menyakiti orang lain itu namanya anak nakal!".

mengingat hal itu sekarang ananda tersenyum karena saat itu memang ananda telah menganggu, menjahili dan menyakiti bocah-bocah lain yang sebaya karena merasa bangga dengan megikuti kata-katamu ineku, untuk tidak menjadi orang yang penakut. Ternyata ananda salah karena telah melakukan perbuatan yang salah dan kau menyebut bahwa aku nakal. Ananda telah melanggar kata-kata darimu.

Ananda masih merekam setiap aliran ucapan dari bibir manismu ineku. Usiaku masih belia saat itu, mungkin memang saat itulah waktu yang istimewa untuk kau lontari ucapan-ucapan kecil itu yang baru saja kusadari setelah beberapa tahun dari waktu kau mengucapakannya adalah wejangan yang menjadi malaikat penolongku.

Ineku

Ananda harus selesaikan sekolahku dan perjuanganku, itu katamu. Saat ini perjuangan ku belum selesai dan ananda masih tetap akan merengek memohon padamu untuk disuapi seperti waktu TK dulu, ananda mohon secuil do'amu ineku.

Ananda sadar dan yakin kalau ine tak akan pernah memanjatkan secuil do'a untukku karena ananda sudah besar dan sudah dewasa, tapi ananda sangat yakin kalau ine pasti memanjatkan semesta do'a demi kemenangan perjuanganku, citaku dan harapanku.

Ineku..

Ananda sangat yakin tak ada seorangpun yang lebih mencintaiku dan menyayangiku melebihi rasa sayangmu terhadap ananda, anakmu.

Ineku…

Tak ada yang bisa kutuliskan pada lembaran kertas ini untuk mengucapkan rasa sayangku pada dirimu ineku. Seandainya ada kata yang melebihi kata cinta, seandainnya ada simbol yang melebihi hati merah jambu yang melambangkan rasa kasih sayang, pasti kata dan simbol itu yang akan ananda goreskan dan ananda gambarkan pada secarik kertas putih ini ineku....

Ineku..

Selalu dalam setiap sujudku ku berdo’a pada yang kuasa agar engkau sesalu dalam lindungan-Nya.

Amiin…

Wassalam wr wb

Ananda

Rasnadi Nasry.

Tidak ada komentar: