Laman

Sabtu, 11 Februari 2012

True Love in Gayo Land

Sosok pria tampan itu menjadi perhatian khusus hari itu, guru memperkenalkan dia sebagai siswa baru di SMA sabuk Bener Meriah. Keberadaannya di kabupaten itu tak lain adalah suatu ambisi terpendam dari inenya[1] yang selalu ingin pulang dan berdomisili ke tanoh gayo. Ketika bercakap dengan ama[2], ine salalu saja mengungkit masalah tempat tinggal mereka di tanoh gayo, sementara amanya tak ingin beranjak dari Ibu kota Aceh yang telah diduduki selama hampir 27 tahun.Bencana maha dahsyat 2004 lalu menjadi senjata yang paling ampuh untuk meyakinkan ama agar secepatnya pindah ke tanoh gayo. Ama menyerah.


Dan disitulah kini pria tampan itu berada: ruang kelas, baju putih celana abu-abu dan tas hitam serta sepatu yang juga hitam. Dia berdiri tegak, namun tidak kaku.


Ternyata keberadaan yang sungguh berbeda dengan asal semula cukup membuat kaget yang berkepanjangan.
Istilah ‘kaget’ ini berlaku pada seluruh aspek. Baik dari segi fisik, psikis dan culture sosial. Pria tampan itu, dengan sedikit sombong memperkenalkan dirinya kemudian dipersilakan duduk di bangku yang kosong dalam sebuah kelas. Tepatnya kelas 1.2 di SMA sabuk BM pada tahun 2005.


Dari kelas baru itu, sekolah baru itu dan kabupaten baru itu akhirnya menjadi suatu tempat terciptaserangkaian sejarah bagi seorang anak manusia yang tak pernah mengenal jati diri, tak pernah mengenal persahabatan, permusuhan dan pertikaian juga cinta menjadi orang yang sebaliknya.


Masa kemudian melibatkannya sebagai breaker, aktor dan tentu pemimpin upacara bendera yang aneh. Dan yang paling tak bisa dilupakan,Dia pernah meneteskan air mata di hadapan gadisyang diliputi kasih.


Dia, Sosok hitam manis yang paling antipati terhadap segala hal disekitarnya. Sosok tinggi yang selalu abai terhadap persoalan. Sosok norak yang sok pinter dan terlalu banyak membuat orang lain memanas dan sosok aneh yang selaluberpikir terbalik. Tak heran mengapa pria tampan itu selalu saja menjadi target dan kelak menjadi korban penindasan sebuah gank liar di sekolah itu.Dan Dia, pria itu adalah Aku.


***


Beberapa hari yang lalu aku pernah SMS seorang gadis yang tak pernah ku tatap lagi wajahnya selama hampir 3 tahun. “hal apa yang paling istimewa yang kau ingat selama kita bersama?(18012011)” hanya begitu saja. Kau tau, Dia bagai bidadari yang terdampar di sebuah sungai pemandian karena kehilangan selendang terbangnya. Bagaimana bisa dia tercipta begitu sempurna, matanya seperti mata bayi, jernih.Tuturnya bagai lantunan ayat suci, tubuhnya bagai lautan tenang di balik hutan manggrove. Setiap aku bersamanya pasti hari terasa begitu singkat. Entah bagaimana waktu berjalan secepat itu.


Aku pernah khabarkan pada beberapa orang tentang ke-abnormal-anku. Ini tak ada hubungannya dengan sexualitas, aku adalah pria yang masih sungkan bercinta dengan seorang pria, risih. Karena bagiku seorang gadis masih telalu mengiurkan dibanding pria.Keabnormalan disini patutlah disimak dari kebiasaan-kebiasaan yang tidak biasanya orang lakukan. Salah satunya meciptakan setiap persoalan rumit menjadi lebih runyam dan meluas. Pantaslah jika banyak orang menganggapku seorang pengacau. Sementara aku hidup tanpa bayang-bayang siapapun sehingga aku mampu bergerak begitu leluasa dalam mencipta. Hanya saja ine yang terlalu sulit ku prediksikan, sementara ama, ah aku hampir tak pernah menganggapnya ada. Dan mengapa aku meneteskan air mata di hadapan gadis itu, itu juga karena persolanku dengan ine.


Pernah juga ku khabarkan pada beberapa orang tentang sistem otakku yang sedikit kacau. Sering terjadi konzelet di setiap jaringannya, aku bahkan tak pernah tau bagaimana mengobati kesalahan-kesalahan yang terjadi pada jaringan saraf utama ini, Karena terkadang banyak hal yang begitu sulit dijelaskan dengan teori maupun kajian medik. Namun apalah artinya, ku anggap itu hanya sepintas tegangan yang tak membahayakan walau aku pernah hampir merengang nyawa karenanya.


Sesaat kemudian ku dapat balasan darinya, gadis indah itu. “ngerjain pidato bahasa arab bareng, melukis tepat di depan aku, jalan bareng waktu pulang sekolah, fhoto berdua, becanda ria, banyak, apa nas ingat?”
Aku mencoba dan berusaha menerawangi setiap sudut memori yang mungkin masih tersimpan atau mungkin terselip di otak yang kacau ini. tak kutemukan semua rekaman peristiwa itu. “...apa nas ingat?” itulah pertanyaan yang selalu dia ajukan padaku jika aku menanyakan hal yang pernah ku jalani bersamanya. Dia telah begitu mahfum setelah ku jelaskan semua tentang sistem rekord otakku yang sepertinya perlu dibenahi ini. “...apa nas ingat?” yang aku ingat hanyalah membalas pertanyaannya dengan “aku benar-benar lupa”.


Untuk ke sekian kalinya aku harus memuji gadis ini lagi, dia gadis yang luar biasa. Tanpa ku minta, sedikit demi sedikit namun pasti dia kirimkan kalimat untuk membongkar beberapa memoriku yang mungkin telah berkorosi dan tentang satu masa kami pernah berpisah dan menjadi perpisahan yang menggelikan. Aku tak tau harus bagaimana padanya, semua kisah yang semakin kelam dalam memoriku seakan diberikan cahaya suci. Padahal begitu banyak kisah indah namun mengapa hal yang kelam selalu bersemi? Aku akan kuak hal indah itu untuk selamanya dengan terus bertanya pada sesiapa yang pernah menabur cinta padaku.


***


Lebih tepat bila aku khabarkan tentang bagimana mulanya aku bisa mengenakan celana abu-abu itu, juga bagaimana pula aku bisa berada di tanah yang asing itu.


Kehidupanku atau lebih tepatnya keseharianku setiap hari minggu adalah bersama teman-teman ke Ule lhee. Ya, pelabuhan itu. Setiap pagi minggu adalah hari yang indah menikmati nuansa kota Banda Aceh yang masih begitu asri, berkeliling sebentar bersama mereka lalu menjelang siang tujuan itu baru dilaksanakan: memancing.


Pagi itu 26 desember 2004, seperti minggu biasanya sahabatku itu akan menjemputku. Namun seperti ada hasrat lain untuk urung pergi bersamanya. Kami batal memancing. Dan peristiwa dahsyat yang mendebarkan seluruh dunia itupun terjadi. Tak perlu aku ceritakan tentang bagaimana peristiwa itu, setiap jiwa yang merasa pasti telah lebih tahu.
Pernahkah kau bayangkan jika aku sedang memancing lalu peristiwa itu terjadi? Mungkin aku tak akan pernah bisa menebar kekacauan lagi di dunia ini.


Saat berada di tanoh gayo. Kekagetan yang aku alami semakin menjadi-jadi. Itu dilatarbelakangi karena aku tak bisa beradaptasi dengan suasana baru, selain itu kemungkinan akuakan putus sekolah. Disana kami menumpang dirumah saudara yang super baik hatinya selama 4 bulan sembari menunggu rumah baru kami selesai dibangun.


Selama 2 bulan disana aku tak sekolah. Tak mengikuti ujian ketika di sekolah sebelumnya karena terhempas bencana. Disekolah itu aku mengenakan seragam berbaju putih dengan celana berwarna hijau pucuk, ada beberapa lambang di kedua belah lengan. Di lengan sebelah kiri bertuliskan ‘jurusan bangunan TGB’ sementara di lengan sebelah kanan ‘SMK 2 Banda Aceh’. TGB adalah singkatan dari Teknik Gambar Bangunan dan kata orang itu berarti jurusan arsitek. Kau tau bukan? Setelah aku berada di tanoh gayo itu aku benar-benar linglung berhadapan dengan SMA, namun disanalah ribuan kisah yang paling kompleks dimulai.

***



[1] Ibunya

[2] Ayah



to be continued.... hhh

Tidak ada komentar: